Pengikut

Isteriku Meninggal Kerana Kelakuanku


Derita batin yang dialami istriku, dibawanya hingga akhir hayat. Sungguh tak ada yang paling kusesali kecuali rasa berdosa akan semua kelakuanku.
Pembaca, sebut saja aku Gali (samaran). Aku menikah dengan Dea (samaran) tahun 2002 lalu, dan kini telah dikaruniai seorang anak.
Dea tak mampu mengubah gaya hidupku yang saban hari hanya menghabiskan waktu di meja judi. Saat ijab kabul aku pernah berjanji tak akan lagi kembali ke dunia itu. Namun, waktu kemudian meluluhkan semuanya, aku tergiur lagi untuk menghabiskan lagi untuk menghabiskan uangku dengan judi.
Dea berusaha keras merubahku, tapi apa yang kuberikan hanyalah derita batin. Seringkali tanpa pernah kusedari, semua kebaikannya kubalas dengan pukulan. Dea tetap bersabar sampai anak pertama kami lahir.
Cemuhan dan tekanan dari keluarga yang diterimanya, membuat Dea menderita lahir batin. Rupanya, itu dipendam seorang diri, sehingga menjadi penyakit yang berpanjangan. Sementara, aku hanya membiarkan itu terjadi padanya. Seolah tak terdetik sedikitpun kesedaran dalam hatiku untuk membahagiakannya.
Setahun kemudian, Dea tergolek sakit di rumah sakit. Beberapa kali ia memintaku untuk membawanya ke rumah sakit, namun, semua tak kupedulikan. Aku lebih sibuk menghabiskan semua penghasilanku di meja judi bersama teman-temanku, ketimbang membiayai pengubatan Dea.
Hanya berselang beberapa bulan keadaan Dea makin teruk. Doktor sudah tak mampu lagi mengatasinya. Semua terlambat, penyakit kanser yang diawali dengan tekanan mental selama ini, membuat nyawa Dea tak dapat diselamatkan lagi.
Diakhir-akhir hidupnya barulah aku sedar, ternyata, Dea sudah membuktikan betapa selama ini ia terlalu berusaha berbakti padaku, sampai kemudian Tuhan benar – benar memanggilnya kembali. Aku sempat sedar ketika masa – masa kritikal yang dilaluinya. Aku berjanji akan menghabiskan sisa hidupku untuk Dea. Tapi, rencana Tuhan lain, Dea dipanggilnya di saat aku mulai menyedari segalanya. Terlambat sudah, tinggal kini penyesalan yang ada.
Pembaca, entahlah apakah Tuhan masih membuka pintu ampunan bagiku. Yang jelas saat ini, aku berusaha untuk menggunakan waktuku untuk menjaga dan membesarkan anakku seorang diri. Aku sudah bersumpah tak akan ada wanita yang menggantikan posisi Dea di hatiku. Mudah-mudahan kisahku ini bisa menjadi pelajaran bagi semua.

1 ulasan:

ciKgu GoguMa berkata...

jdikan ia sbagai iktibar